oleh

Banyak Negara Hancur Karena Memaksakan Diri Berdasarkan Satu Agama, Ini Alasan Tegas Ridwan Kamil

TINTAJABAR.COM, BANDUNG – Kabar terbaru datang dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang mengatakan bahwa banyak negara hancur karena memaksakan diri dalam satu agama atau juga dalam satu etnis.

Menurutnya melalui penghayatan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia sangat diperlukan sebagai upaya lebih merekatkan bangsa Indonesia dari berbagai potensi perpecahan kedaulatan NKRI.
“Telah banyak negara yang hancur karena hanya memaksakan diri berdasarkan satu agama, satu etnis, ataupun karena menjalankan pemerintahan dengan melupakan aspek keadilan sosial,” ujar Emil dalam sambutan seminar yang digelar oleh Ikatan Keluarga Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA Unpar) secara daring, Rabu (2/6/2021).

Sebagaimana dilansir dari TribunJabar, seminar Kebangsaan tersebut mengusung tema besar: “Dengan Semangat Kebangsaan, Menjaga Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di Tengah Arus Globalisasi”.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia unggul di tahun 2045, ucap Ridwan Kamil, Pancasila harus selalu menjadi landasan utama sebagai perekat kebangsaan.
Hal senada disampaikan Wali Kota Bogor yang juga alumni Unpar, Bima Arya. Menurutnya, negara selama ini terlalu berfokus pada pembangunan negara (state building), tetapi tak diiringi dengan pembangunan bangsa (nation bulding).
Ia pun kembali mengingatkan soal pentingnya konsep pentahelix dalam membangun karakter kebangsaan Indonesia.
“Pembangungan bangsa bukan semata-mata menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah, melainkan juga jadi kewajiban semua pemangku kepentingan di Indonesia,” ujarnya

Diakuinya saat ini situasi di Indonesia sangat bergantung pada kepentingan politik jangka pendek sehingga, ucap Bima Arya, pembangunan bangsa memerlukan komitmen yang kuat dari para elite politik untuk mencapai visi Indonesia maju.

Dalam kesempatan tersebut, Bima Arya mengajak semua pihak untuk aktif berkontribusi dalam menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar.

“Mari kita kembali merekatkan persatuan dan kebersamaan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan berkontribusi aktif untuk menjadi Indonesia sebagai bangsa yang lebih besar lagi,” ucapnya.

Rektor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Mangadar Situmorang menyebut dalam era globalisasi dan literasi digital saat ini, membangun sikap nasionalisme dan kebangsaan perlu dipenuhi oleh setiap masyarakat Indonesia.

Ia pun mengajak setiap perguruan tinggi di Indonesia untuk tidak hanya mengedepankan kegiatan yang murni akademik dan riset, tetapi juga memberikan pengalaman langsung terkait nilai dan sikap nasionalisme.

Hal itu pun, lanjutnya telah dilakukan Unpar, dengan senantiasa memberikan eksperensial untuk menghasilkan alumni-alumni yang pancasialis, nasionalis dan berkontribusi aktif bagi bangsa Indonesia.

Ketua Umum IKA Unpar, Ivan P. Sadik menambahkan, derasnya arus globalisasi yang beriringan dengan revolusi industri 4.0, telah memberikan kesempatan sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia dalam mengarungi perkembangan zaman.

Pasalnya, perkembangan globalisasi, secara tidak langsung telah membawa serta ideologi-ideologi transnasional, trans budaya, serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.

Bila hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin dapat menjadi ancaman tersendiri yang dapat berdampak pada pengikisan nilai-nilai luhur bangsa yang selama ini telah menyatukan kemajemukan masyarakat Indonesia.

“Saya mengajak semua untuk semakin memaknai nilai-nilai kebangsaan kita dan memberikan kontribusi kita di dalam kehidupan sehari-hari dengan berazaskan nilai-nilai Pancasila,” katanya.
***

Komentar

Tinggalkan Balasan