oleh

Anton Charliyan: Tak Perlu Digoreng Soal Kerumunan di Maumere Saat Sambut Kedatangan Jokowi

TINTAJABAR.COM, BANDUNG – “Ketika pertama kali melihat kiriman video kerumunan warga di Maumere saat menyambut kedatangan Presiden Jokowi yang sejatinya hendak meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, saya sudah memprediksi bakal menimbulkan perbincangan publik di negeri ini, terkait dengan prokes  pandemi  Covid 19.”ujar Irjen Pol (Purn) Dr. H.Anton Charliyan,MPKN kepada LINTAS PENA, Senin (2/3/2021)

Bahkan, lanjut mantan Kapolda Jabar ini, video yang viral tersebut bagi mereka yang punya kepentingan akan “menggoreng-gorengnya” sedemikian rupa untuk kemudian menyerang pemerintahan Jokowi dengan berbagai argumentasinya.

Karena itu, kritik terhadap Presiden Joko Widodo pasca kunjungannya ke Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT), terus mengalir. Publik protes karena kunjungan Jokowi pada Selasa (23/2/2021) itu memicu kerumunan warga. Padahal, hingga saat ini pandemi Covid-19 belum usai, baik Presiden maupun jajarannya juga kerap mengingatkan tentang pentingnya protokol kesehatan seperti mencegah timbulnya keramaian.

“Soal kerumunan masyarakat di Maumere dalam menyambut presiden memang tidak dapat dikatakan baik dari sisi pelanggaran protokol kesehatan. Namun, kejadian tersebut di luar dugaan presiden.

Ya, tentunya kita  harus akui juga bahwa keinginan masyarakat Maumere untuk bisa melihat Presiden Jokowi secara langsung sulit dibendung. “Sungguh sulit membendung keinginan rakyat untuk dapat melihat secara langsung presidennya, sampai-sampai mereka melanggar disiplin prokes,” katanya.

TAK PERLU DIGORENG
Dengan kejadian ini, kata Anton Charliyan, dia sudah memprediksi akan menimbulkan perbincangan publik di negeri ini.  Kritik tak hanya datang dari masyarakat, tetap juga epidemiolog dan anggota DPR. Para pihak khawatir keramaian ini memicu penularan virus corona. Bahkan bagi mereka yang punya kepentingan akan “menggoreng-gorengnya” sedemikian rupa untuk kemudian menyerang pemerintahan Jokowi dengan berbagai argumentasinya, dan terbukti adanya laporan masyarakat kepada Polri meski kemudian Bareskrim Polri menolak laporan masyarakat atas peritiwa kerumunan di Maumere.

Secara politik, kejadian ini mantan Kadiv Humas Polri, tidak perlu digoreng-goreng. Apalagi dipakai sebagai senjata untuk menyerang pemerintah dan Presiden Jokowi. Sebab, kerumunan yang terjadi murni kehendak masyarakat. “Tidak perlu digoreng, karena itu keinginan tulus rakyat,”

Ketika ditanya alasan, mengapa Bareskrim Polri menolak laporan Koalisi Masyarakat  Anti Ketidakadilan (KMAK) terkait kasus pelanggaran protokol kesehatan (prokes) yang diduga dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan kerja di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT)  tersebut, Anton Charliyan menjelaskan Kembali, bahwa  kerumunan warga di Maumere  yang terjadi saat Presiden Joko Widodo melintas tidak ada basis yang elementer adanya peristiwa pidana.

“Kerumunan terjadi tanpa kesengajaan. Masyarakat datang secara spontan, tanpa ada undangan. Karena itu,   wajar Polri  menolak laporan masyarakat atas peritiwa kerumunan di Maumere.”ujarnya

Anton Charliyan pun tersenyum adanya sejumlah pihak, terutama laporan masyarakat yang meminta pembebasan HRS tersebut dengan Presiden Jokowi atas kerumunan warga di Maumere , jelas tidak beralasan, “Karena penahanan HRS   justru ada basis elementer, niat yang kuat untuk melakukan pelanggaran atas larangan dalam regulasi, yaitu tindak pidana. Memang ada niat melakukan pelanggaran hukum atas larangan normalnya,” ujar

Pada sisi lain, sambung dia, kerumunan warga saat menyambut Presiden Joko Widodo tidak bisa menjadi dalih untuk membebaskan HRS dari proses hukum. Pasalnya, kerumunan di Maumere dan di Petamburan saat HRS menikahkan anaknya adalah hal yang berbeda. Karena, tidak ada ajakan saat kerumunan warga di Maumere ketika menyabut Presiden Jokowi.

Dalam masa pandemi Covid-19, katanya, kerumunan itu tentu berpotensi menularkan virus Corona. Namun, dia tidak menyalahkan siapa-siapa atas kejadian tersebut. Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan ini  hanya meminta peristiwa itu dijadikan bahan evaluasi supaya tidak terulang kembali.

KRONOLOGIS
Aksi sapa warga kerumunan yang terjadi saat Presiden Jokowi tiba di Maumere terabadikan melalui sejumlah rekaman video yang kini beredar luas di dunia maya. Saat itu, Presiden sejatinya hendak meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka. Namun, sejak pagi hari warga Sikka sudah ramai menunggu kedatangan Jokowi di tepi jalan.

Saat keluar dari bandara tepatnya di Kelurahan Waioti, Maumere, mobil Jokowi langsung disambut kerumunan warga.
Meski dilarang merapat, warga tetap nekat menerobos pengamanan Paspampres dan aparat keamanan. Karena terus diadang, Jokowi pun akhirnya menunjukkan diri melalui atap mobil yang terbuka.

Melalui atap mobil yang terbuka, Jokowi melambaikan tangan ke arah warga. Badannya bergerak ke kiri dan ke kanan. Jokowi nampak memakai masker hitam. Ia juga sempat terlihat mengetuk-ngetukan tangan ke maskernya seakan mengingatkan tentang penggunaan masker. Serentak warga berteriak histeris, “Bapak Presiden, Bapak Presiden, selamat datang di Sikka”.

Warga juga riuh bertepuk tangan, melambaikan tangan, dan mengarahkan ponsel ke Presiden untuk mengabadikan momen. Meski memakai masker, warga saling berdesakan. Dari rekaman video yang beredar terlihat tak ada jaga jarak antara satu orang dengan lainnya. Tak lama, Jokowi nampak melempar suvenir dari mobil ke arah warga, yang lagi-lagi disambut dengan keriuhan.

Pembelaan Istana merespons peristiwa tersebut, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin seperti dilansir kompas.com (25/02/2021) yang juga ikut dalam rombongan Presiden angkat bicara.

Bey menjelaskan, saat Jokowi dan rombongan masih dalam perjalanan, masyarakat Maumere sudah menunggu di tepi jalan. Warga kemudian mendekat ketika mobil Jokowi tiba. “Saat dalam perjalanan masyarakat sudah menunggu rangkaian di pinggir jalan. Saat rangkaian melambat masyarakat maju ke tengah jalan sehingga membuat iring-iringan berhenti,” kata Bey kepada wartawan, Selasa malam.

Melihat spontanitas dan antusiasme warga, Jokowi memutuskan untuk menyapa dari atap mobil. Bersamaan dengan itu, ia mengingatkan warga untuk memakai masker. “Kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker,” ujar Bey.

“Karena kalau diperhatikan, dalam video tampak saat menyapa pun Presiden mengingatkan warga untuk menggunakan masker dengan menunjukkan masker yang digunakannya,” tuturnya.***

 

 

 

 

 

banner 300250 banner 300250 banner 300250 banner 300250 banner 300250 banner 300250 banner 300250 banner 300250

Komentar

Tinggalkan Balasan