BATARAKAL
Penulis oleh : Ambu Rita Laraswati (Penulis, Seniman & Budayawati)
TINTAJABAR.COM, GARUT – Batarakala di indentikan dengan waktu, waktu datangnya penguasa kegelapan, yang akan
melakukan penghukuman karena hilangnya keseimbangan alam, akibat ulah manusia.
Datangnya kondisi bumi dan isinya dalam kemelut, bencana dan banyak merengut jiwa mahluk
hidup, utamanya manusia.
Mengapa manusia yang banyak direngut jiwanya?
Karena manusia berada pada tingkat amarah, nafsu, serakah tingkat tinggi. Manusia tidak
mampu menyeimbangkan diri, kesadaran diri yang sangat rendah.
Batarakala datang karena manusia tidak dapat menyelaraskan diri dengan sesama, mahluk lain
dan alam lingkungan, maka manusia akan menemui kesulitan, percekcokan, yang benar akan
menjadi salah dan yang salah akan menjadi jadi benar, karena manusia sudah tidak bisa menilai
dan melihat kebenaran yang sesungguhnya dan kesalahan yang sesungguhnya. Kehidupan akan
terkena imbas berupa hukuman alam, bisa terjadi pada diri sendiri, bangsa, bisa juga semua
mahluk yang mengisi bumi.
Pejabat-pejabat pasti akan terkena di telan batarakala, kalau pejabat tidak dapat melakukan
keseimbangan diri saat jadi pejabat dengan hati dan rasa yang sejati pada rakyat, negara dan
alam lingkungan.
Pejabat yang selamat yaitu pejabat yang memiliki perasaan dan tidak merasa memiliki
jabatannya, jabatan hanya titipan sementara, sejatinya melaksankan darma bakti dengan tulus
dan iklas. Orang Sunda bilang yaitu ” Pejabat nu gaduh rasa rumasa jeung haunte ngaboga- boga
” Artinya ” Pejabat yang memiliki rasa peduli dan tidak merasa memiliki jabatan, yang ada
dalam dirinya adalah tugas mendarma pada rakyat.
Apakah Batarakala itu ada?
Jawabnya: Ada!!!
Buktinya kita hidup di tentukan oleh waktu.
Dalam hidup kita ada waktu kita dalam kandungan, waktu lahir, waktu kita mati.
Batarakala secara spritual budaya adalah waktu dan energi alam, waktu memiliki tugas, energi
alam memiliki tugas. Secara sejarah dan mitologi Sunda, Jawa Batarakala adalah Dewa yang menguasai waktu.
Dalam budaya Sunda dan jawa sangat percaya adanya Batarakala.
Batarakala perwujudan rupa wajah seram, mata melotot, dan lidah menjulur, memiliki filosofi
nilai budi pengerti, dan merupakan peringatan untuk manusia.
BENTUK BATARAKALA BURUK RUPA, nilai filosofinya adalah
Banyak orang yang menjadi babarongan yang tidak melaksanakan isi sejati barong artinya
hidup sebagai manusia tapi tidak mengenal jati dirinya, Sehingga manusia lupa diri, yang
muncul rasa amarah, nafsu, lebih memikirkan duniawi, nafsu semakin menguasai apabila
tujuannya tidak tercapai.
Manusia yang tidak bisa menyeimbangkan dirinya dan tetap dalam
kuasa nafsu dia akan terkena karma diri, yang artinya Batarakala datang untuk menentukan
waktu karma atau hukuman.
MATA MELOTOT
Nilai folosofi adalah:
Melihat orang lain jangan melihat dengan mata melotot, melihat orang jangan melihat
keburukannya saja. Orang Sunda bilang “kudu asak- asak nenjo, ulah ninggal ku panon bolotot,
nenjo ku rasa” artinya melihat orang tidak melihat dari rupa saja, penampilan, kaya dan miskin,
perbuatan yang jelek tapi melihat orang harus melihat dengan rasa rumasa.
Orang Sunda bilang
“Ulah kabobodo tenjo kasamaran tingal” Artinya jangan di bodohi dan samar melihat.
LIDAH YANG MENJULUR
Nilai filosofi adalah: harus bisa menjaga lisan, perkataan, bahasa. Jangan mengeluarkan perkataan ucapan yang kasar dan menyakiti hati orang lain, ucapan menuduh, memaki, dan
mengeluarkan kata- kata fitnah. Orang Sunda bilang,
“Ulah nyeuyerikeun hate batur” Artinya jangan menyakiti hati orang lain.
SIMBOL KALACAKRA
Yang berbentuk bola dunia, nilai filosofi adalah siapa yang dapat melakukan silih asih, silih asuh,
silih asah, silih wangikan, maka dia yang dapat mengalahkan Batarakala dan dapat mengurung
Batarakala, artinya terhindar dari sifat yang penuh angkara murka. Sifat Siliwangi dalam diri
manusia yang tumbuh subur, maka dia terhindar dari karma buruk, terhindar dari tiba waktu
BATARAKALA menghukum.
Dengan memakai pusaka kalacakra maka akan tercipta
ketentraman dunia. Perbuatan baik akan mendapat balasan baik, sedangkan perbutan buruk
akan mendapatkan balasan buruk. Oleh karena itu kita harus berhati- hati jika kita melakukan
perbuatan jahat, Jangan merasa kita bebas dari hukuman, tidak di balas oleh manusianya, maka
alam waktu yang akan membalasnya, hanya menunggu waktu, artinya BATARAKALA pasti
datang.
Jika energi dengan sifat siliwangi tertanam dalam karakter dan jadi watak kehidupan di
dunia, maka dunia akan aman, tentram, dunia dalam keseimbangan dan harmonisasi dan
BATARAKALA tidak akan datang pada kita. Waktu saya kecil nenek saya suka bilang, “awas
kalau kamu nakal, jahat nanti di makan raksasa”
Makna raksasa adalah BATARAKALA dengan tubuh besar, mata molor, lidah menjulur.
Sejarah mencatat dan membuktikan dengan adanya peninggalan leluhur/nenek moyang tanah
Sunda bahwa Batarakala itu nyata adanya yaitu dengan ada nya pusaka keris kembar
Batarakala dengan ciri dan simbol, tidak hanya dalam cerita wayang dan dongeng. Pusaka itu di
sebut ” Pusaka Barong ”
KERIS BARONG yaitu simbol diri, dengan luk 3 artinya:
1. Allah, muhamad, Adam
2. Ucap, laku, lampah
3. Asik, Asuh, Asah.
Dalam bentuk BATARAKALA yang jelek rupa ada makna tersirat yang baik dan pelajaran budi
pengerti.
SIMBOL NAGA KEMBAR yaitu Naga adalah raga kita, yang memiliki kembaran, pasang yaitu
raga dan nyawa adalah pasang untuk bisa terus hidup.
Simbol juga di artikan Negara artinya adanya Negara karena ada wilayah dan manusia/rakyatnya. Ada rakyat harus ada
pemimpinnya, kembaran yang tidak dapat terpisahkan. Pemimpin harus mengayomi rakyatnya,
rakyat harus patuh pada aturan pemimpin. Dalam konsep kehidupan tatanan Semar yaitu
Pemimpin berjiwa rakyat, Raja menyatu dengan rakyat, Semar sebagai penasehat raja, tapi dia
merakyat, pemimpin harus mampu turun dan berbaur dengan rakyat.
Pemimpin tidak hanya
menunjuk dan memerintah tapi mampu memberi contoh.
Keris BATARAKALA sejodoh/berpasangan yaitu BATARAKALA lelaki dan BATARAKALA
wanita. Lelaki disebut BATARAKALA Bulan (gelap ) dan wanita di sebut BATARAKALA Nischaya
(terang). Keduanya adalah berpasangan sebagai penyeimbang.
BATARAKALA akan tiba waktunya pada saat kondisi manusia hilang rasa kasih sayang, hilang
rasa kepedulian, hilang kesadaran, manusia tidak lagi mengenal jati dirinya, tidak mau
bergotong royong, sifat perusak dan nafsu amarah, nafsu birahi yang tak terkendali.
Dalam ramalan sering disebut zaman edan atau Zaman Goro-Goro. Makna sesungguhnya zaman
Jahiliyah datang lagi, maka di keadaan itulah BATARAKALA akan datang untuk melakukan
penghukuman. Waktunya datang.
Konsep BATARAKALA ini dapat kita selaraskan dan sejajarkan dengan konsep Islam.
Dalam
islam kita mengenal “Sangkakala” Artinya
Benda yang berbentuk terompet yang akan di tiupkan oleh Malaikat sebagai tanda hari
pembalasan (Kiamat). Yaumul jaza artinya hari pembalasan.
Dimana manusia pada hari pembalasan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
” Pada hari ini tiap-tiap jiwa di beri balasan dengan apa yang di usahakannya, tidak ada yang di
rugikan pada hari ini, sesungguhnya Allah amat cepat hisabNya
(Al Mu, min 17 ).
Hari pembalasan ini akan di cirikan dengan ditiup nya ” sangkakala”. BATARAKALA dan
sangkakala dua kata yang memiliki kosa kata ” Kala” Yaitu waktu, makna yang sama dan
memiliki tugas pada waktunya tiba BATARAKALA atau pun Sangkakala akan menunaikan
tugasnya.
Garut, 13 Juni 2022
Agama dan Budaya adalah kembaran yang tidak dapat terpisahkan, lir ibarat lahir dan batin
manusia. Tegakan Agama, gerakan Budaya.
(AS/TJc)
Komentar