Air Dalam Pandangan Sunda dan Agama Dalam Berkah dan Bencan
Oleh : Ambu Rita Laraswati/Seniman & Budayawati
TINTAJABAR.COM, GARUT – Sunda adalah wujud nyata Dat Alam yaitu Air, Api, Angin dan Tanah.
Saya akan menuliskan makna dari Air dari ajaran, pengetahuan, dalam sudut Budaya dan Agama. Budaya dan Agama harus menjadi tiang pengetahuan yang membuat kesadaran manusia.
Allah bersabda ” Dari pada Air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup ( Al Anbiya 30 ).
Artinya Air merupakan bahan dasar untuk terciptanya kehidupan.
“Katakanlah Muhamad, terangkanlah kepadaku, jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapa yang akan memberi Air yang mengalir?
Manusia sanggup hidup tampa Air?
Artinya : tampa air semua akan mati.
Air mampu mendengar, membaca, mengerti serta merekam kata-kata dan pesan. Air mentransfer pesan melalui melekul air.
Air adalah senyawa yang paling banyak menutupi permukaan Bumi. Siklus pengendapan air di lautan yang lama dan timbul mineral di lautan. Siklus dimulai karena ada penguwapan karena panas Matahari.
” Apakah kamu tidak memperhatikan sesungguhnya Allah menurunkan Air dari Langit, lalu di aturnya menjadi sumber di Bumi dan di tumbuhkannya dengan Air itu tanaman yang bermacam-macam warnanya. Lalu menjadi kering, lalu dijadikanya hancur berderai2. Sesungguhnya apa itu benar2 terdapat pelajaran bagi orang yang berfikir.(Az Zumar 39).
Dalam tubuh manusia Air adalah hal yang sangat penting. Kandungan Air dalam tubuh 75%, darah 82%, tulang 22%.
Begitu utamanya Air untuk kehidupan manusia dan mahluk lainnya.
Sunda menyebut Air adalah TIRTA AMERTA yaitu Air anti kematian, Air kehidupan, Air berkah yang sangat sakral, suci, murni, Air inti sari (Aci), halus dan tak nampak. Mitiologi Sunda air hujan di sebut Dewa Hujan, Patanjala yang di kenal dalam Budaya Sunda adalah ” Sunan Ambu” yang mulia dari langit atau dunia atas, kahyangan. Curah hujan adalah berkah dari Langit yang dapat menyuburkan huma, sawah seta leuweung. Karena Air adalah Tirta Amerta bagi masyarakat Sunda, wilayah yang berbukit-bukit, sehingga banyak aliran sungai, yang menyebabkan banyak nama kampung dan kota yang bernama sungai dan ditandai awalan “Ci”contoh cicaheum, cibereum, cimanuk, cibuluh, citameung, cimuncan, cicalengka, ciburuy, dan masih banyak lagi. Yang dibangun Kabuyutan dari Kabuyutan itu hutan, mata air, artefak batu, yang di simbolkan atau jadi ajaran ” Tri Tantu Sunda” yaitu Resi, Ratu, Rama. Terbentuk ajaran atau ageman ini tidak lain adalah dari para karuhun kita membaca alam, meneliti dan mengkaji alam nyata, hingga lahirlah pengetahuan tatanan kehidupan yang bersumber dari kondisi lingkungan. Setiap kabuyutan itu memiliki ciri yaitu adanya mata air yang di anggap keramat disebut juga “pulo” yaitu pertemuan dua sungai lalu di alirkan dengan membuat aliran sungai untuk menyebarkan Air pada tanah yang siap untuk menghidupkan tanaman. Sehingga tiga aliran sungai itu menjadi pulau itu menjadi nilai Budaya untuk membuat aturan kehidupan. Resi, Ratu, Rama ( R3 ) adalah UU yang mengatur tatanan kehidupan di bumi.
Resi = adalah kebijaksanaan dan kehendak baik
Ratu = yang menjalankan kebijaksanaan dan kehendak baik tersebut
Rama = pelaku kebijaksanaan dan kehendak. Dalam dunia pemerintahan Rama adalah Raja, Gubernur, Bupati.
Dalam Mitologi Sunda Air adalah berkah yang menjadikan kelestarian
hidup di Dunia. Sunda sangat menjunjung Air, Air di maknakan kosmik Perempuan, perempuan adalah kehidupan itu sendiri. Tidak ada Perempuan tidak ada Air dan tidak ada kehidupan. Sunda memandang perempuan adalah sangat dihormati sebab bermakna menghormati Air, Tirta Amerta berarti menghormati dan menghargai Perempuan. Sunda menyebut perempuan adalah Paraemu/puyang.
Perempuan tidak hanya di lihat dari segi seksualitasnya namun dari segi sosok keibuannya yang berarti memberi kehidupan. Tidak ada perempuan tidak ada tumbuhan, makanan dan masakan, maka tidak ada kehidupan. Perempuan mengandung, dalam rahimnya ada Air kehidupan yaitu Air ketuban, setelah melahirkan kita di beri Air susu, lalu dewasa maka kita bisa menikmati Air kehidupan di alam Dunia.
Perempuan Sunda yang bermakna “Ambu” adalah Ibu. Sunda mengajarkan berlaku baik pada setiap ciptaan Tuhan, ibu adalah mahluk Tuhan yang memiliki kemulian.
Tirta Amerta ini selalu dan senantiasa berada di dekat manusia Sunda yaitu berupa balong, lengkong. Budaya Air di Pasundan merupakan siklus alamiah dari curah hujan, sungai, hutan, ladang dan hunian. Kita sudah tidak memperdulikan ekosistem hutan, sungai ladang, maka Air hujan yang turun bukan menjadi berkah tapi musibah.
Hutan gundul, pohon besar habis. Pohon adalah penting, akarnya menyerap Air, karena rusak, gundul, maka Air pun mengalir ke kota, menjadi air bah yang siap merengut kematian manusia dan mahluk lainnya. Alam itu Adil, Dat alam itu Adil. Daerah yang gunungnya gundul,tidak ada pohon, dan gunung alih fungsi jadi di tanami sayuran, yg sewaktu waktu saja, sayuran tidak dapat menyerap air, akar tidak kuat dan bukan jenis tanaman pohon.
Di indonesia ini hampir semua wilayah yang berbukit,bergunung sudah beralih fungsi. Saya lihat di daerah garut selatan daerah singajaya,dan hampir bukit dan gunung di wilayah garut sudah di tanami sayuran, plastik untuk menutup tanaman sayuran, mewarnai gunung, yang saat air hujan turun,air tidak menyerap ke tanah.
” Dan berapa banyak kaum Nuh yang telah Kami binasakan, dan cukuplah Tuhanmu yang maha mengetahui, maha melihat dosa hambaNya” (Al Isra 17).
” Maka masing -masing mereka Kami siksa di sebabkan dosa nya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil dan di antara mereka di timpa suara keras yang mengguntur, dan antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi dan Allah sekali kali tidak hendak menganiaya mereka , akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.s Al. Ankabut:40)
Ingat cerita Nabi Nuh dalam kitab?
“Bencana sebagai penghakiman langsung dan universal pada diri manusia karena dosa, bencana sebagai pangilan dari Allah untuk kemali pada aturan hukum Allah, bencana adalah: pembantaian( 13:1-5 Lukas). Bencana akan terus terjadi sebelum Isa turun, artinya adalah sebelum kita manusia memiliki kesadaran akan cinta kasih pada semua mahluk Allah. Tuhan menurunkan bencana akan ada kebaikan yang muncul itupun jika manusia tumbuh kesadaran diri.
Bencana di kaitkan bumi dalam ketidak adilan, keserakahan dan ketimpangan. Hubungan ketidak adilan ini sehingga manusia tidak memikirkan bahaya dari ketidak adilan. Bahaya ketidak adilan ini adalah neraka bencana yang dapat menimpa diri dan semua manusia, bahkan semua mahluk.
Bagaimana kita membantu mereka yang terkena bencana, berikan pengetahuan dari kitab Tuhan, jangan merusak, junjunglah tinggi nilai nilai kitab Tuhan dan cinta kasih dan keadilan.
Bayangkan….!!!
Kita menanam pohon untuk tumbuh besar dan berakar kuat,berdaun lebat, di butuhkan tiga pulu Tahun sampai ratusan Tahun. Pohon di tebang hanya butuh 1 jam, 2 jam saja, perbandingan waktu yang jauh ini harusnya jadi pemikiran kita, jangan seenaknya tebang pohon tampa memikirkan untuk menanam.
Tidak sulit buat Allah membinasakan suatu Negeri. Semoga jadi pengetahuan kita, dan menjadi kesadaran diri
kita dalam hidup di Dunia. Ajaran dan pengetahuan dari agama mana pun tentang air adalah makna begitu pentingnya Air, Air dasar kehidupan, Air adalah diri kita, hidup kita dan semua mahluk. Kolerasi ajaran mana pun adalah dasar dari Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Cipta. Agama petunjuk, Budaya adalah aplikasi dari Agama.
Hari ini Minggu tgl 28 November 2021,saya mengunjungi kejadian banjir bandang di Garut, 4 titik lokasi di hulu ada kampung Cihieum, karang tengah, ciloa, hilir desa sukaweuning.
Air yang berasal dari gunung sadahurip, sehinga sungai citameng meluap dari arah hulu ke hilir, sudah merusak area kebun, sawah dan beberapa rumah,kadang ayam, 2 heleran ( penglingan padi ), yang letak di bataran sungai.
Saya coba tanyakan pada warga, bagaimana kejadian banjir datang, warga menjawab, 2 jam hujan dari jam 1 siang, hari Sabtu tgl 27 November 2021, air mengenang 50cm, lalu 1 meter, tiba tiba datang lagi air yang alirannya deras hingga 2 meter.
Harapan pihak pemerintah yaitu Dinas Perhutanan lebih fakus untuk bagaimana menjaga Ekosistem hutan, jangan sampai hutan gundul tidak ada pohon besar, hutan larangan yang harusnya tidak boleh di alih fungsikan menjadi hal yang menjadi perhatian dan masyarakat petani harus mendapatkan pengetahuan tentang bahaya jika merusak hutan menjadi lahan pertanian.
“selaraskan alammu demi kelangsungan hidupmu dan anak cucumu”
Wassaalam
Rampes
Garut 28 November 2021
Komentar