oleh

Deklarasi Hari Menggambar Nasional: Konsep Tiga Zona Waktu di Indonesia

TINTAJABAR.COM, GARUT – Deklarasi Hari Menggambar Nasional dan Bulan Menggambar dari Sabang sampai Merauke dari timur sampai kebarat dengan konsep waktu tiga zona waktu di Indonesia, yakni: WIT (Waktu Indonesia Timur), WITA (Waktu Indonesia bagian Tengah) dan WIB (Waktu Indonesia Barat).

(Photo: Zho)

Begitu juga dengan keberadaan perupa di Kabupaten Garut di bawah naungan Sanggar Seni Rupa Garut (Saraga) yang menggelar pameran Drawing bertemakan “Gema (Gerakan Menggambar) Saraga” di Sanggar Seni Saraga, Jalan K.H. Hasan Arief, Kecamatan Banyuresmi, Garut Jawa Barat, Sabtu (15/05).

Menurut Kurator acara yang seorang perupa juga budayawan Dado Bima Sena saat diwawancara sejumlah awak media mengatakan, dari pertimbangan konsep waktu tersebut paling dahulu Waktu Indonesia Timur, dan pertama- tama acara deklarasi tepat Jam 15.00 WIT Deklarasi diawali dari Ternate oleh Magazin Art Space.

“Selanjutnya setelah komunitas yang berada di zona WIT. Dilanjutkan WITA dan WIB. Kami dari panitia FDI berharap seluruh komunitas yang telah mempersiapkan diri di tanggal 14 Mei untuk ikut join live streming. Kami mengkonfirmasi kawan-kawan kordinator dan agar mendaftarkan dan segera melaporkan komunitasnya sesuai zona waktu di kota/propinsi masing- masing,” ujar Dado.

Dado juga mengatakan, setiap kali berkarya kita tentu selalu berharap segala hal menjadi lebih baik dari sebelumnya. Begitu pula dengan khasanah Seni Rupa Indonesia yang bertambah semarak, menurutnya tahun 2022 adalah kebangkitan penyeleggaraan pameran Drawing yang serentak se Indonesia dengan menjadikan bulan Mei menjadi Bulan Menggambar Nasional, setidaknya membuktikan makna tentang kemaaun para Seniman Perupa menyatakan hasrat dan harapannya

“Saraga sebagai wadah dari Sanggar-sanggar dan Komunitas Perupa di Garut memiliki hasrat dan harapan yang sama untuk menggeliat serta menghidupkan warna kesenirupaan di Indonesia,” cetusnya.

Gerakan Menggambar Saraga sendiri menurut Ketua I Saraga ini menghadirkan Pameran Drawing yang diikuti oleh 35 peserta dan menyuguhkan nilai-nilai rasa baru dan memiliki makna ruang gerak yang hidup dinamik karena berbagai gambaran drawing yang berasal dari pijakan gerakan yang berbeda beda dengan menyatukannya menjadi bidang garis persfektif dengan objek sosial dan juga budaya yang menjadi latar belakang kekaryaannya.

“Dengan menghadirkan karakter garis yang berbeda dengan pengembangan aspek ruang warna dan bentuk yang realis sehingga menantang respon emosioan kita. Mereka dengan sendirinya berada dalam pergulatan untuk dapat mengungkapkan hal hal yang nampak (denotatif) dan yang tak nampak (konotatif) secara intensif melalui kekhasan karyanya,” terang Dado.

Dengan demikian lanjut Dado, ekspresi seni tak berfungsi menyatakan keindahan dan kenikmatan indrawi saja, tetapi juga bisa menyodorkan kebenaran tentang “kami ada” Ihwal yang menerangkan keberadaan dan hidup sebagai Seniman Perupa.

Para peserta pameran Gema Saraga kali ini diantaranya, Asep C., Bayu H., Dado Bima Sena, Djunaidi, Dadang Grey, Deden Hamdani, Enceng, Gugum Gunawan, Gusbachtiar, Hari Darwin, Irman, Lea Agustinus, Mina S., Mhazyanta, Nurlita, Robby, Tantowi.
(Kontributor:Zho/Red)

banner 300250banner 300250banner 300250banner 300250

Komentar