TINTAJABAR.COM, BANTEN – Pertemuan PP (Pimpinan Pusat) Muhamadiyah dan PB NU (Pengurus Besar Nahdatul Ulama) ysng khusus menyambangi PP muhamadiyah di Yogyakarta, merupakan fenomena penting, ketika Umat Islam sedang menjadi trending topik dari berbagai soal, mulai dari Khilafah, ISIS dan stigma radikal. Kedua ormas Islam terbilang besar di Indonesia ini, pada tahun 2019 tercatat anggota Nahdhatul Ulama sebanyak 109 juta, jadi semakin menarik menjelang tahun politik 2024 yang sudah menghangat sejak setahun lalu.
Sikap Ugahari PB NU bertandang ke PP Muhamadiyah di Yogyakata ini dianggap menarik oleh Drs KH Achmad Ghufron Sembara, hingga dia merasa perlu mengirimkannya video khusus kepada penulis untuk memberi apresiasi yang sepatutnya, sebagai fenomena langka.
KH. Yahya Cholil Staquf, Ketua PB NU mengakui kehadirannya secara khusus menjumpai PP Muhamadiyah di Yogyakarta ini untuk yang pertama kali dilakukan. Sementara Ketua PP Muhamadiyah, Prof. Dr. KH. Haedar Nashir M.Si mengatakan, “Kehadiran rombongan PB NU secars formal ini merupakan silaturrachmi untuk mempererat tali persaudaraan sesama umat Islam dan ingin menjalin kerja sama untuk meningkatkan kemajuan umat, imbuh Haedar Nashir”, katanya
Yahya Staqub sendiri mengatakan, “Harapannya sebagai Ketua PB NU untuk dapat menjalin kerja sama yang erat guna kemajuan umat Islam. Demikian juga harapan Profesor Haedar Nashir selaku Ketua PP Muhamadiyah, yang kini setidaknya membawahi 71 SLB (sekolah Luar Biasa), 4.623 TK/ TPQ Muhamafiyah dan 104 Rumah Sakit, 635 Panti Asihan dan Panti Jumpo. Bahkan ada 437 Baitul Tanwil serta 11.463 masjid” Harapnya
NU sebagai organisasi massa Islam didirikan oleh KH. Hasyim Ashari pada 31 Januari 1926 di Jawa Timur. Sedangkan Muhamadiyah didirikan oleh Muhamad Darwis yang kemudian lebih dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1912 .
“Fenomena dari pertemuan dua tokoh organisasi besar umat Islam tentu saja jadi menarik ketika berpadu untuk Pemilu 2024”
(Jacob/TJc)
Komentar